Sabtu, 12 November 2011

Ikut Pameran Batik Nasional "Batik, Seribu Tahun Lagi"


Dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional, Analisa Collection juga mengikuti pameran batik nasional ini bertema Batik, Seribu Tahun Lagi dan dimeriahkan oleh ratusan perajin batik yang memenuhi stand yang tersedia di alun-alun Jatayu, depan Museum Batik, Kota Pekalongan. Disini kami memamerkan produk-produk canting cap yang kami buat dan produk-produk lainnya.


Pemilik galeri "ANALISA COLLECTION" Achmad Ibaweh, mengaku sangat senang standnya bisa mengikuti pameran batik nasional, sehingga produknya bisa dikenal luas oleh masyarakat baik didalam maupun di luar Pekalongan. Galeri yang sudah berdiri kurang lebih 5 tahun ini terletak di Jl. Irian No.41 Gg. 2 Kebulen Pekalongan ini menjual produknya antara lain canting tembaga (alat cap untuk membatik), canting tulis, dan kompor untuk membatik yang berkisar antara Rp. 300.000-Rp.800.000. Sedangkan distribusinya sudah merambah ke luar pulau Jawa sampai ke luar negeri.

Dia menambahkan upaya walikota pekalongan Mohammad Basyir cukup bagus mengadakan event ini dan diharapkan setiap tahun bisa diselenggarakan pameran batik secara rutin karena Batik merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan. Selain itu sebagai sarana untuk membangun komitmen dan dukungan masyarakat, bahwa dengan membangkitkan industri batik maka dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memperkokoh jati diri bangsa.

 





Selain Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono hadir dalam acara ini, peringatan Hari Batik Nasional ini juga turut dimeriahkan oleh kehadiran siswa-siswi sekolah dasar dan menengah, serta para ibu-ibu perajin batik yang tersebar di sekitar Pekalongan, Jawa Tengah. Mereka membuat atraksi aksi membatik 1.000 payung yang dilakukan oleh 750 perajin batik, 200 pelajar sekolah dasar maupun menengah serta 50 seniman batik.
Acara peringatan Hari Batik Nasional ini berlangsung sejak tanggal 3 Oktober sampai dengan 5 Oktober 2011. Selain diselenggarakan pameran batik, juga akan diselenggarakan workshop batik, wisata kuliner khas kota Pekalongan, Aktraksi Musik Perkusi dan Pesta Kembang Api.



Kamis, 10 November 2011

About Us / Tentang Kami

Achmad Ibaweh, kelahiran Pekalongan yang menetap di Kelurahan Kebulen ini merupakan Generasi ke 3, pengrajin canting cap. Tahun  50an kakeknya adalah pengrajin canting cap di Pekalonagn kemudian tahun 2001 saya mulai menyadari kelestarian akan canting cap ini.

Ahmad Ibaweh 2002 memulai usaha ini dengan cara mengumpulkan peralatan untuk proses pembuatan canting cap karena di toko-toko tidak menjual lagi, dan saya beruntung warisa peralatan kakek masih ada dan tersimpan dengan baik.


Dengan kemauan dan berusaha keras, Alhamdulillah th 2011 saya sudah berhasil mengembangkan usaha ini "Analisa" dan  udah mempunyai 10 karyawan yang ahli dan terampil dibidang ini. Dalam pembuatan/pengerjaan canting cap batik ini membutuhkan waktu 1 (satu) minggu, bahkan 1 (satu) bulan tergantung tingkat kerumitannya semakin halus motifnya semakin lama proses pembuatannya. Canting cap batik dalam pembutannya membutuhkan tingkat ketelitian, kelatenan dan kesabaran yang sangat tinggi agar menghasilkan sebuah karya seni yang bagus.


Kami "Analisa" siap menerima :
  • pesanan dan menawarkan beberapa motif, ukuran dan style sesuai selera atau keinginan Anda,
  • Jual Beli Canting Cap Bekas.
  • Jasa Service Canting Cap Agar Bisa Digunakan Kembali.
  • Menerima Pesanan Meja Tamu dari Tembaga.



Rabu, 09 November 2011

Perbedaan Antara Batik Tulis, Batik Cap dan Batik Printing

A. BATIK TULIS

Batik Tulis : antara ornamen yang satu dengan ornamen lainnya agak berbeda walaupun bentuknya sama. Bentuk isen-isen relatif rapat, rapih, dan tidak kaku.
Semua proses dikerjakan secara manual, satu per satu, dengan canting, lilin malam, kain, dan pewarna.

 1. Dikerjakan dengan menggunakan canting yaitu alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk bisa menampung malam (lilin batik) dengan memiliki ujung berupa saluran/pipa kecil untuk keluarnya malam dalam membentuk gambar awal pada permukaan kain.
2. Bentuk gambar/desain pada batik tulis tidak ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak bisa lebih luwes dengan ukuran garis motif yang relatif bisa lebih kecil dibandingkan dengan batik cap.
3. Gambar batik tulis bisa dilihat pada kedua sisi kain nampak lebih rata (tembus bolak-balik) khusus bagi  batik tulis yang halus.
4. Warna dasar kain biasanya lebih muda dibandingkan dengan warna pada goresan motif (batik tulis putihan/tembokan).
5. Setiap potongan gambar (ragam hias) yang diulang pada lembar kain biasanya tidak akan pernah sama bentuk dan ukurannya. Berbeda dengan batik cap yang kemungkinannya bisa sama persis antara gambar yang satu dengan gambar lainnya.
6. Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan batik tulis relatif lebih lama (2 atau 3 kali lebih lama) dibandingkan dengan pembuatan batik cap. Pengerjaan batik tulis yang halus bisa memakan waktu 3 hingga 6 bulan lamanya.
7. Alat kerja berupa canting harganya relatif lebih murah berkisar Rp. 10.000,- hingga Rp. 20.000,-/pcs. 8. Harga jual batik tulis relatif lebih mahal, dikarenakan dari sisi kualitas biasanya lebih bagus, mewah dan unik.

Contoh Batik Tulis :


B. BATIK CAP

Batik Cap : antara ornamen yang satu dengan ornamen lainnya pasti sama, namun bentuk isen-isen tidak rapi, agak renggang dan agak kaku. Apabila isen-isen agak rapat maka akan terjadi mbeleber (goresan yang satu dan yang lainnya menyatu, sehingga kelihatan kasar).
Digunakan alat cap atau stempel yang telah terpola batik. Stempel tersebut diceupkan ke dalam lilin panas, kemudian ditekan atau dicapkan pada kain. Proses ini memakan waktu yang lebih cepat disbanding pada proses batik tulis, karena pada batik tulis pola tersebut harus dilukis titik demi titik dengan canting, sedangkan pada batik cap dengan sekali tekan anda dapat menyelesaikannya.

1. Dikerjakan dengan menggunakan cap (alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk sesuai dengan gambar atau motif yang dikehendaki). Untuk pembuatan satu gagang cap batik dengan dimensi panjang dan lebar : 20 cm X 20 cm dibutuhkan waktu rata-rata 2 minggu.
2. Bentuk gambar/desain pada batik cap selalu ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak berulang dengan bentuk yang sama, dengan ukuran garis motif relatif lebih besar dibandingkan dengan batik tulis.
3. Gambar batik cap biasanya tidak tembus pada kedua sisi kain.
4. Warna dasar kain biasanya lebih tua dibandingkan dengan warna pada goresan motifnya. Hal ini disebabkan batik cap tidak melakukan penutupan pada bagian dasar motif yang lebih rumit seperti halnya yang biasa dilakukan pada proses batik tulis. Korelasinya yaitu dengan mengejar harga jual yang lebih murah dan waktu produksi yang lebih cepat. Waktu yang dibutuhkan untuk sehelai kain batik cap berkisar 1 hingga 3 minggu.
5. Untuk membuat batik cap yang beragam motif, maka diperlukan banyak cap. Sementara harga cap batik relatif lebih mahal dari canting. Untuk harga cap batik pada kondisi sekarang dengan ukuran 20 cm X 20 cm berkisar Rp. 350.000,- hingga Rp. 700.000,-/motif. Sehingga dari sisi modal awal batik cap relatif lebih mahal.
6. Jangka waktu pemakaian cap batik dalam kondisi yang baik bisa mencapai 5 tahun hingga 10 tahun, dengan catatan tidak rusak. Pengulangan cap batik tembaga untuk pemakainnya hampir tidak terbatas.
7. Harga jual batik cap relatif lebih murah dibandingkan dengan batik tulis, dikarenakan biasanya jumlahnya banyak dan miliki kesamaan satu dan lainnya tidak unik, tidak istimewa dan kurang eksklusif.
Contoh Batik Cap:



3. BATIK PRINTING / SABLON

Batik Printing : ornamen bisa sama, bisa tidak, karena tergantung desain batik yang akan ditiru, karena batik printing biasanya meniru batik yang sudah ada, namun yang perlu diketahui tentang warna. Warna batik printing kebanyakan tidak tembus karena proses pewarnaannya satu muka saja.
Pada proses batik ini, pola telah diprint di atas alat sablon, sehingga pembatikan dan pewarnaan bias dilakukan secara langsung. Jadi, proses batik dapat diselesaikan tanpa menggunakan lilin malam serta canting. Dengan demikian, proses hanya akan dan tentu saja memerlukan waktu yang lebih cepat disbanding pada proses batik tulis dan batik cap.

Contoh Batik Printing atau Sablon :


BATIK JAWA

 1. Batik Tiga Negeri

Batik Tiga Negeri dikenal lewat warnanya yang terdiri dari tiga bagian. Ada biru, coklat/sogan, dan merah. Batik ini kadang dikenal sebagai Batik Bang-Biru atau Bang-Bangan untuk variasi warna yang lebih sederhana. Ada yang mengatakan kalau pembuatan batik ini dilakukan di tiga tempat yang berbeda. Biru di Pekalongan, Merah di Lasem, dan Sogan di Solo. Sampai sekarang kerumitan detail Batik Tiga Negeri sukar sekali direproduksi.

2. Batik Jawa Hokokai

Batik Jawa Hokokai. Dibuat dengan teknik tulis semasa pendudukan Jepang di Jawa (1942-1945). Ia berupa kain panjang yang dipola pagi/sore (dua corak dalam satu kain) sebagai solusi kekurangan bahan baku kain katun di masa itu. Ciri lain yang mudah dikenali adalah pada motifnya. Motif kupu-kupu, bunga krisan, dan detail yang bertumpuk menjadikan Batik Jawa Hokokai menempati posisi karya seni yang mulia.

3. Batik Buketan asal Pekalongan

Batik Buketan asal Pekalongan ini merupakan batik Indonesia yang dengan desain pengaruh Eropa.

4. Batik Buketan

Batik Indonesia dengan desain pengaruh Eropa

5. Batik Lasem

Batik Lasem dikenal karena warna merahnya yang khas. Di Lasem (Jawa Timur) sendiri, pengrajin batik sudah sangat berkurang. Beberapa kolektor menyebut Batik Lasem adalah batik yang tercantik diantara yang lain. Batik ini juga menjadi penanda pencampuran dua budaya, Jawa dan Cina.

SEJARAH BATIK

A. SEJARAH BATIK DI INDONESIA

Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.

Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda.

Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.

Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.

Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanahlumpur.

Jaman Majapahit Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, pat ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.

Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik asli.

B. SEJARAH BATIK PEKALONGAN


Meskipun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data yang tercatat di Deperindag, motif batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motif pohon kecil berupa bahan baju.

Namun perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah - daerah baru itu para keluarga dan pengikutnya mengembangkan batik.

Ke timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan Pekalongan. Dengan adanya migrasi ini, maka batik Pekalongan yang telah ada sebelumnya semakin berkembang.

Seiring berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo.

C. Batik Pekalongan, antara Masa Lampau dan Kini

BATIK pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik pekalongan dikerjakan di rumah-rumah.

Akibatnya, batik pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan yang kini terbagi dalam dua wilayah administratif, yakni Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Batik pekalongan adalah napas kehidupan sehari-sehari warga Pekalongan. Ia menghidupi dan dihidupi warga Pekalongan.

Meskipun demikian, sama dengan usaha kecil dan menengah lainnya di Indonesia, usaha batik pekalongan kini tengah menghadapi masa transisi. Perkembangan dunia yang semakin kompleks dan munculnya negara pesaing baru, seperti Vietnam, menantang industri batik pekalongan untuk segera mentransformasikan dirinya ke arah yang lebih modern.

Gagal melewati masa transisi ini, batik pekalongan mungkin hanya akan dikenang generasi mendatang lewat buku sejarah.

Ketika itu, pola kerja tukang batik masih sangat dipengaruhi siklus pertanian. Saat berlangsung masa tanam atau masa panen padi, mereka sepenuhnya bekerja di sawah. Namun, di antara masa tanam dan masa panen, mereka bekerja sepenuhnya sebagai tukang batik.

ZAMAN telah berubah. Pekerja batik di Pekalongan kini tidak lagi didominasi petani. Mereka kebanyakan berasal dari kalangan muda setempat yang ingin mencari nafkah. Hidup mereka mungkin sepenuhnya bergantung pada pekerjaan membatik.

Apa yang dihadapi industri batik pekalongan saat ini mungkin adalah sama dengan persoalan yang dihadapi industri lainnya di Indonesia, terutama yang berbasis pada pengusaha kecil dan menengah.

Persoalan itu, antara lain, berupa menurunnya daya saing yang ditunjukkan dengan harga jual produk yang lebih tinggi dibanding harga jual produk sejenis yang dihasilkan negara lain. Padahal, kualitas produk yang dihasikan negara pesaing lebih baik dibanding produk pengusaha Indonesia.

Penyebab persoalan ini bermacam-macam, mulai dari rendahnya produktivitas dan keterampilan pekerja, kurangnya inisiatif pengusaha untuk melakukan inovasi produk, hingga usangnya peralatan mesin pendukung proses produksi.

KONTAK KAMI

Kami siap menerima motif, ukuran, style sesuai dengan selera Anda. Untuk motif dan ukuran canting cap bisa disesuaikan dengan selera dan kebutuhan Anda.

Selain itu, Kami juga melayani :
  • Jual Beli Canting Cap Bekas.
  • Jasa Service Canting Cap Agar Bisa Digunakan Kembali.
  • Menerima Pesanan Meja Tamu dari Tembaga.
Dikerjakan oleh tenaga ahli secara turun-temurun dengan hasil kualitas, mutu dan bernilai. tinggi.


Untuk menghubungi kami, Anda dapat langsung Call atau SMS ke :
ACHMAD IBAWEH
0857 4084 1801   PIN 5A7EA904

atau email ke analisacantingcap@yahoo.co.id

Senin, 07 November 2011

Pekalongan Batik Fiesta

 
Dalam rangka memperingati Hari Batik Indonesia yang jatuh (2/10) mempunyai spirit yang sangat istimewa bagi pengrajin batik di kota Pekalongan pada khususnya dan seluruh masyarakat kota Pekalongan pada umumnya. Acara yang berlangsung mulai (3-5/10) ini di adakan di Lapangan jetayu Kota Pekalongan "The World’s City Of Batik".

Peringatan hari batik kali ini mengambil tema "Batik Seribu Tahun Lagi". Itulah salah satu pesan yang disampaikan oleh Ibu negara Any Yudoyono, yang hadir dalam perayaan hari batik tersebut. Tema ini bermakna kita ingin melihat batik seribu tahun lagi, yang berarti bahwa batik merupakan budaya dari Indonesia yang akan diwariskan turun-temurun kepada generasi penerus bangsa hingga akhir jaman.

Kegiatan ini juga dimeriahkan oleh pameran batik dan kuliner, diikuti sebanyak 122 stand, yang terdiri atas 107 stand UMKM Batik dan 15 stand UMKM kuliner khas Kota Pekalongan.
Achmad Ibaweh seorang pengrajin canting sekaligus pemilik galeri Analisa Collection mengaku sangat senang standnya bisa mengikuti pameran batik nasional, sehingga produknya bisa dikenal luas oleh masyarakat baik didalam maupun di luar Pekalongan. Galeri yang sudah berdiri kurang lebih 5 tahun ini terletak di Jl. Irian No.41 Gg. 2 Kebulen Pekalongan ini menjual produknya antara lain canting tembaga (alat cap untuk membatik), canting tulis, dan kompor untuk membatik yang berkisar antara Rp. 300.000-Rp.800.000. Sedangkan distribusinya sudah merambah ke luar pulau Jawa sampai ke luar negeri.

Dia menambahkan upaya walikota pekalongan Mohammad Basyir cukup bagus mengadakan event ini dan diharapkan setiap tahun bisa diselenggarakan pameran batik secara rutin karena Batik merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan. Selain itu sebagai sarana untuk membangun komitmen dan dukungan masyarakat, bahwa dengan membangkitkan industri batik maka dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memperkokoh jati diri bangsa.

Sumber :http://www.suaramerdeka.tv/view/video/30803/pekalongan-batik-fiesta